Ayam Hutan Hijau memiliki nama latin Gallus varius. Satwa yang dipercaya sebagai nenek moyang sebagian besar ayam peliharaan di Indonesia ini termasuk dalam kelompok Unggas dari suku Phasianidae bersama dengan keluarga puyuh, merak, sempidan, dan ayam..
Di
beberapa tempat di nusantara ini, ayam hutan hijau memiliki beberapa
nama panggilan yang berbeda-beda. Orang Sunda sering menyebutnya dengan
nama 'canghegar' atau 'cangehgar', orang Jawa sering menyebutnya 'pitik alas', sedangkan orang Madura menyebutnya 'ajem allas' atau 'tarattah'.
Ayam
Hutan Hijau jantan memiliki panjang tubuh sekitar 60 cm diukur dari
ujung ekor hingga ujung paruh. Sedangkan ayam hutan hijau betina
panjangnya hanya sekitar 42 cm. Perbedaan yang paling jelas antara yang
jantan dengan yang betina adalah si jantan punya jengger, sedangkan si
betina tidak.
Habitat Ayam Hutan Hijau adalah di padang rumput, daerah berbukit di dekat pantai, daerah terbuka, dan tepian hutan. Penyebaran ayam hutan hijau meliputi Pulau Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara. Di Jawa Barat, ayam hutan hijau dapat ditemukan di daerah dengan ketinggian hingga 1500 m dpl, di
Jawa Timur hingga 3.000 m dpl dan di Lombok hingga 2.400 m dpl.
Makanan ayam Hutan Hijau meliputi biji-bijian, rumput dan dedaunan muda, serangga, dan hewan-hewan kecil lainnya. Mereka biasanya mencari makan pada pagi dan sore hari, sementara pada siang hari biasanya mereka akan berteduh di rerimbunan hutan.
Pada siang hari Ayam Hutan hijau sering terlihat mencari makan dalam kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan 2-7 ekor. Berbeda dengan ayam kampung, ayam hutan hijau mempunyai kemampuan untuk terbang. Mereka bisa terbang vertikal setinggi 7 meter, dan terbang horizontal yang konon mampu mencapai jarak antar pulau yang jaraknya berdekatan. Anak ayam hutan hijau pun sudah bisa terbang cukup lihai setelah berusia beberapa minggu.
Populasi ayam hutan hijau sendiri menurut RedList IUCN berada dalam status "Resiko Rendah (LC)"
Referensi : wikipedia
Post a Comment