Kakapo dalam bahasa maori berarti burung beo malam. Sehingga tidka mengherankan jika burung yang yang memiliki nama latin Strigops habroptilus ini dikenal juga dengan nama beo burung hantu (owl parrot).
Kakapo merupakan spesies beo berukuran besar yang tidak bisa terbang, hidup di permukaan tanah, nokturnal, dan merupakan burung endemik Selandia Baru. Ciri khas mereka adalah memiliki bulu kuning-hijau, paruh abu-abu besar, kaki pendek, tapak yang besar, serta sayap dan ekor yang relatif pendek.
Kakapo merupakan satu-satunya burung beo yang tidak bisa terbang, serta merupakan spesies beo bertubuh paling besar di dunia. Beo jenis ini juga merupakan satu-satunya burung beo yang menjalani polygynous lek breeding system, yaitu satu jantan kawin dengan beberapa betina sekaligus dalam satu musim kawin, dan si jantan tidak ikut andil dalam membesarkan anak-anaknya. Burung ini juga termasuk salah satu burung yang paling berumur panjang di dunia.
Meskipun tidak bisa terbang, kakapo merupakan pemanjat yang hebat. Mereka bisa memanjat hingga ke pucuk pohon tertinggi. Saat turun, mereka akan mengembangkan sayap mereka untuk memperlambat jatuhnya, dan jatuh dengan sudut sekitar 45 derajat dari titik lompat.
Burung kakapo merupakan burung herbivora. Makanan utama mereka antara lain tumbuh-tumbuhan, biji-bijian, buah-buahan, serbuk sari, dan kayu dalam pohon. Kakpo dikenal sebagai burung yang secara alami memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Mereka juga dapat berinteraksi dengan manusia.
Meskipun tidak bisa terbang, kakapo merupakan pemanjat yang hebat. Mereka bisa memanjat hingga ke pucuk pohon tertinggi. Saat turun, mereka akan mengembangkan sayap mereka untuk memperlambat jatuhnya, dan jatuh dengan sudut sekitar 45 derajat dari titik lompat.
Burung kakapo merupakan burung herbivora. Makanan utama mereka antara lain tumbuh-tumbuhan, biji-bijian, buah-buahan, serbuk sari, dan kayu dalam pohon. Kakpo dikenal sebagai burung yang secara alami memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Mereka juga dapat berinteraksi dengan manusia.
Kakapo memiliki anatomi tubuh yang unik. Diperkirakana mereka mengalami evolusi panjang seperti kebanyakan burung-burung yang hidup di daerah kepulauan. Dengan sedikitnya predator dan jumlah makanan yang banyak, tubuh menjadi besar dan otot sayap menjadi melemah karena jarang terbang sehingga burung ini kehilangan kemampuan terbangnya.
Seperti kebanyakan burung di Selandia Baru, burung Kakapo memiliki ikatan cukup dekat dengan suku Maori, suku asli Selandia Baru. Hubungan tersebut tampak dari munculnya nama burung ini dalam banyak cerita rakyat setempat. Burung kakapo diburu untuk dimakan dagingnya dan bulu-bulunya digunakan untuk hiasan pakaian yang sangat berkelas menurut suku setempat. Namun terkadang mereka juga dijadikan sebagai hewan peliharaan.
Populasi kakapo saat ini berada dalam status "Kritis (CR)". Pada Februari 2012 saja diketahui hanya ada sekitar 126 ekor yang maish hidup. Menurunnya populasi mereka diperkirakan merupakan akibat dari kolonisasi Eropa dan Polinesia yang juga membawa binatang predator seperti kucing, binatang pengerat, musang, dan cerpelai.
Konservasi burung Kakapo sebenarnya sudah dimulai sejak tahun 1890-an, tetapi kelihatannya tidak begitu berhasil. Usaha tersebut baru terlihat hasilnya ketika diimplementasikan program'Kakapo Recovery Plan' pada tahun 1980-an.
Pada tahun 2012 lalu, burung-burung kakapo yang masih hidup dilepaskan di 3 pulau bebas predator yaitu Codfish (Whenua Hou), Anchor dan Little Barrier, dimana perkembangan mereka juga diawasi secara lebih dekat.
Referensi : wikipedia
Post a Comment