Celepuk Siau merupakan salah satu spesies burung hantu endemik Indonesia yang memiliki nama latin Otus siaoensis. Dalam bahasa Inggris burung hantu kecil ini dikenal dengan nama Siau Scops-owl. Burung ini hanya dapat ditemukan di Pulau Siau, Sulawesi Utara.
Celepuk Siau memiliki ukuran tubuh yang relatif kecil untuk spesies burung hantu. Panjang tubuh celepuk Siau dewasa hanya sekitar 19 cm dengan penampilan yang menyerupai celepuk Sulawesi. Hanya saja memiliki sayap dan ekor yang lebih pendek dengan coretan pada bulu yang tampak lebih sempit.
Habitat celepuk siau adalah di daerah hutan lembab hingga di tepian hutan. Terkadang mereka juga mengunjungi lahan budidaya yang berpohon sedikit. Secara geogradis, burung ini menempati daerah dengan ketinggian hingga 1.200 m di atas permukaan laut.
Celepuk Siau merupakan jenis binatang nokturnal. Mereka aktif di malam hari untuk mencari mangsa, dan menghabiskan siang harinya untuk beristirahat. Diperkirakan makanan celepuk siau juga sama dengan jenis-jenis celepuk pada umumnya yaitu serangga dan binatang-binatang kecil lainnya.
Sejak pertama kali ditemukan pada tahun 1866, burung hantu jenis ini nyaris tidak pernah terlihat lagi. Bahkan pada tahun 1998, IUCN dan Birdlife Internasional yang melakukan pencarian selama 32 hari, tidak dapat menemukan penampakan dari burung hantu jenis ini. Sehingga tidak mengherankan jika Red List IUCN menetapkan bahwa populasi celepuk siau berada pada status "Kritis (CR)".
Diperkirakan salah satu faktor utama dari sedikitnya populasi celepuk siau adalah karena semakin sempitnya habitat mereka akibat dari perluasan perkampungan penduduk serta perluasan lahan budidaya yang memangjas hutan.
Terlepas dari statusnya yang sudah Kritis, ternyata celepuk siau masih belum dikategorikan sebagai satwa yang dilindungi. Selain itu, status perdagangan internasionalnya juga masih "Appendix II" yang artinya masih dapat diperdagangkan asalkan mengikuti peraturan tertentu.
Referensi : alamendah.org
+ comments + 1 comments
numpang ngelink yak
http://blogs.uajy.ac.id/yosephsurya/2015/09/06/bekantan-nasalis-larvatus-primata-berhidung-panjang-dari-kalimantan/#comment-31
penulis tamu
Post a Comment